Saturday, February 04, 2006

JOE's Best 10 of 2005

Overview:
Tahun 2005 adalah tahun yang menyakitkan. Harga kebutuhan pokok yang naik gila-gilaan, benar-benar bikin otak kanan dan kiri sulit bekerja sebagaimana mestinya. Ditambah maraknya bencana alam dan bombardir berita tentang teroris, semakin memusingkan benda di bawah tempurung kepala ini. At least for me… Anyway, enough about that bullshit!
Melewati 2005 sedikit melegakan bagi saya. Kenapa? Well, selain alasan di atas, tahun lalu menyisakan begitu banyak film buruk bikinan Hollywood. Puluhan film dibuat seolah-olah mengesampingkan intelegensi penonton. Entah ceritanya yang bikin muak atau endingnya yang asal-asalan. Beberapa film bahkan dikerjakan jelas-jelas hanya untuk mengeruk dollar tanpa mengindahkan kualitas filmnya. Hal itu diperparah dengan hasil box office 2005 yang terburuk dalam 10 tahun terakhir. What A good fuckin year..eh!
Satu lagi yang patut dicatat adalah semakin langkanya ide orisinal yang dihasilkan. Buktinya, semakin menjamurnya remake atau adaptasi novel-game-tv-komik yang dibuat. Saya baru menyadari bahwa Holywood sedang diambang stagnasi atau kalau boleh sedikit radikal: Kehancuran!
Tapi tunggu dulu, setiap masalah pasti ada hikmahnya. Right? Palingkan radar film Anda ke daratan Korea. Perkembangan perfilman di sana tahun lalu merupakan yang tersignifikan dalam 20 tahun terakhir. Tidak hanya dari segi kuantitas atau kualitas, perolehan box officenya pun juga menunjukkan grafik yang sangat mengagumkan. Sekedar catatan, tahun 2004 lalu OLDBOY dan TAEGUKGI yang merupakan film Korea, masuk dalam daftar 10 film terbaik saya dan beberapa situs film asing. Satu bukti bahwa mereka (baca: Korea) berhasil memberikan pencerahan alternatif disaat Hollywood dinaungi mendung kelam perfilman.
Kembali ke pokok tulisan. Daftar di bawah ini bisa berubah mengingat ada beberapa film kontender Oscar yang belum saya tonton. Seperti: Munich, Walk the Line, Brokeback Mountain atau Good Night and Good Luck. Jadi ada kemungkinan perubahan pada saatnya. Well, here’s the list:

================
JOE’s Best 10 of 2005
================

10. The Island
Lupakan domestik box officenya yang super jeblok. Sejak Pearl Harbor, publik amerika memang sedikit anti dengan karya-karya Michael Bay. Tapi percayalah, ini adalah film terbaiknya. Benar-benar sebuah rollercoaster action packed! Penggambaran dunia masa depan yang tidak sempurna sangat mengesankan. Sensasinya seperti menonton film sci-fi buatan Spielberg, artistik tapi dengan adegan aksi yang ‘seksi’ khas Bay. This is a perfect summer popcorn movie. And eh… Scarlett Johanson is HOT!

======================================================

09. War of the World
Satu hal yang harus ditanamkan ketika menonton film karya Spielberg adalah: Kesederhanaan. Pada karya terbarunya ini, tema yang ‘berat’ kembali berhasil dia hadirkan dengan nuansa humanis dan penuh filosofi. Kualitasnya memang sedikit ‘di bawah standar’ film sci-fi buatannya. Namun, di tengah maraknya film fiksi yang menghamburkan efek tapi miskin cerita (sorry Mr Lucas!), War of the World berdiri tegar dengan kesederhanaannya.

======================================================

08. Corpse Bride/Wallace and Gromit (tie)
Ada satu hal kecil yang menyenangkan ketika dua film tersebut masuk daftar. Yaitu, fakta bahwa Pixar tidak mengeluarkan film di tahun 2005, gagal dimanfaatkan oleh seteru sejatinya, Dreamworks dalam meraih best animated film. Madagascar dan Sharktale karya mereka, tidak hanya dicaci kritikus, namun dengan diakuinya karya dua studio lain yang notabene bukan ‘pemain’ animasi murni semakin menohok muka Dreamworks. Sekali lagi cerita, cerita dan cerita yang penonton butuhkan. Corpse dan Wallace tidak hanya memberikannya, namun teknik claymation yang dilakukannya memberikan penyegaran kreatifitas di saat sang maestro, Pixar absen tahun 2005 lalu. A good replacement indeed!

======================================================

07. A Bittersweet Life
What the F*ck..They did it again!!! Korea lagi-lagi punya film bagus. Sebuah cerita balas dendam dengan semangat ala Kill Bill. Menghentak sekaligus menyadarkan, betapa kangennya saya dengan adegan aksi tanpa spesial efek berlebih yang biasa dihadirkan di film action tahun 80-90an. A Bittersweet Life adalah contoh konkret betapa Korea tahu film mana yang perlu diekspor ke Amerika (learn that Stephen Chow!). And this one is a perfect ONE!

======================================================

06. 40 Years Old Virgin/Wedding Crashers (tie)
Dua komedi inilah yang berhasil mengembalikan dasar-dasar komedi R-Rate yang sesungguhnya. Setelah bertahun-tahun disuguhi komedi jorok ala American Pie, tahun 2005 ternyata memunculkan kembali elemen lama: persahabatan, romantisme, drama dan karakter yang sedikit ‘aneh’ pada 40 years dan Wedding. Elemen yang sulit disajikan dengan baik pada film-film komedi belakangan. Dengan cast yang meyakinkan, those were definitely the best comedy of the year. Hail!

======================================================

05. Harry Potter and the Goblet of Fire
Inilah film ‘seri’ yang tidak kendor-kendor kualitasnya. Pemilihan sutradara yang tepat adalah kuncinya. Di seri keempat penyihir kecil yang low profile ini, penonton disuguhi serangkaian adegan aksi yang memikat. Dengan pendalaman karakter, termasuk romansa pada karakter utamanya, serta jalan cerita yang semakin rumit dan gelap, Goblet of Fire patut ditasbihkan sebagai yang terbaik dari Harry Potter series. Bring me my broomstick honey…

======================================================

04. The Descent
(note: sorry jika Anda belum menontonnya. Film horor indie buatan Inggris ini memang tidak diputar luas di Amerika dan Indonesia)
Wow! Berapa seringkah Anda ketakutan ketika nonton film horor? For me... Not in a past couple years! Yah, beberapa tahun belakangan, saya seperti kesulitan menemukan film horor yang benar-benar memuaskan dahaga adrenalin di otak. Some said, hal tersebut karena ekspektasi yang terlalu berlebihan. But hey… who cares!
Ternyata, Perasaan ‘menyenangkan’ itu kembali muncul ketika menonton The Descents. Gabungan claustrophobia, takut akan kegelapan dan miris disajikan Neil Marshall dalam top formnya. Fully Gore but No nudity! A truly Horror Classic! Go See it…. NOW!

======================================================

03. King Kong
Apa jadinya jika Peter Jackson menyutradarai film yang difantasikannya sejak kecil. Hasilnya adalah King Kong. Remake yang tidak hanya melebihi kualitas pendahulunya, tapi juga semakin mengukuhkan Jackson sebagai master dalam menggarap film fantasi. Sebuah karya epik yang spektakuler dari segala aspek. Ending dari kisah cinta aneh monyet dan manusia ini dijamin membuat preman pun menangis. Tonton dan buktikan!

======================================================

02. Crash
Saya menyebutnya: Filmnya aktor kelas B.
Mereka menyebutnya: Film terpenting tahun ini.
Mengapa demikian? Lihat saja deretan castnya. Siapa yang ingat Matt Dillon, Don Cheadle, Sandra Bullock, Brendan Fraser, Ryan Phillpe atau Ludacris. Hello… Who gives a shit with them? Saya bahkan lupa kalau Sandra Bullock itu bisa akting. Atau Ryan ‘Mr Reese Whiterspoon’ Phillipe adalah seorang aktor. Man… They were so yesterday! Cmon… masih banyak aktor-aktris keren lain di Hollywood… Dari situ saja asumsi kita pasti ‘thumb down’ pada film ini. BIG WRONG!!
Di tangan Paul Haggis, penulis naskah Million Dollar Baby, Crash menggeram, menggenggam dan menghempaskan benak kita pada satu kata: AMAZING!
Tema rasis yang diusungnya, seakan memberondong pikiran kita bahwa Amerika, negara yang katanya paling demokratis dan anti rasialis itu ternyata Non sense! Serentetan kejadian yang digulirkan sejak awal menggambarkan betapa masyarakat sana masih rawan dengan isu seperti itu. Film yang dipastikan tidak sukses di luar Amerika terutama Asia karena tema rasisnya ini patut disandingkan dengan American History X.
Pertanyaannya adalah, apakah sebuah film bisa mengubah sebuah sistem yang telah ada? Mungkin tidak. Tapi setidaknya bisa dijadikan pencerahan, karena mereka pasti masih akan memperbincangkannya beberapa tahun ke depan. Film terpenting tahun ini? It’s more than that!

======================================================

01

Sulit menterjemahkan secara visual apa yang ada di benak Frank Miller dan komik Sin Citynya. Tapi Robert Rodriguez tidak saja memvisualisasikan tapi sekaligus memfilmkan komiknya 99%. Nuansa noir, monokrom dengan sapuan warna dibeberapa bagian layar, menjadikan Sin City seenak membaca komiknya. Bagi penggemarnya, hal tersebut seperti mimpi yang jadi kenyataan.

Bagi saya, inilah pemberontakan ala Rodriguez terhadap sistem di hollywood: Tanpa Aturan. Hal yang sama pernah dilakukan tandem sejatinya, Quentin Tarantino ketika menampar muka dunia dengan PULP FICTIONnya di tahun 1994 dulu.
It’s Pure, Cool, Creative, Sexy, Original, Unique, Mickey Rourke and the most entertaining movie of 2005. It’s REBELLIOUS and A CLASSIC!

Cheers!

- joe -

1 Comments:

At 8:00 PM, Blogger Unknown said...

dimana bisa dapat the discent ya bos?

 

Post a Comment

<< Home